Aku mengamati semua sahabat, dan tidak menemukan sahabat yang lebih baik daripada menjaga lidah. Saya memikirkan tentang semua pakaian, tetapi tidak menemukan pakaian yang lebih baik daripada takwa. Aku merenungkan tentang segala jenis amal baik, namun tidak mendapatkan yang lebih baik daripada memberi nasihat baik. Aku mencari segala bentuk rezki, tapi tidak menemukan rezki yang lebih baik daripada sabar. (Khalifah ‘Umar)

Telah berkata Abdullah bin Aun Al-Bashri Rahimahullah:
“Jika hawa nafsu telah menguasai hati, maka seseorang akan menganggap baik sesuatu yang buruk”

Jumat, Desember 31, 2010

Stop Comparing!!!

Cerita ini bercerita tentang seseorang dari Timur Tengah, bernama Nasrudin. Suatu hari Nasrudin tampak serius mencari sesuatu di halaman rumahnya yang dipenuhi pasir. Ternyata dia mencari jarum. Tetangganya yang merasa kasihan, turut membantunya. Hampir satu jam mereka mencarinya, tetapi belum juga jarum tersebut ditemukannya.

Akhirnya sang tetanggapun bertanya "tadi jarumnya jatuh di sebelah mana?"
"Jarumnya jatuh di dalam," jawab Nasrudin
@#!? "Kalau jatuhnya di dalam, kenapa mencarinya di luar?" tanya tetangganya
Dengan ekspresi tanpa dosa, Nasrudin menjawab, "karena di dalam gelap, di luar terang."
Begitulah perjalanan kita dalam mencari kebahagiaan dan keindahan.

Seringkali kita mencarinya di luar dan tidak mendapatkan apa-apa. Sedangkan daerah tergelap dalam mencari kebahagiaan dan keindahan, sebenarnya adalah daerah-daerah di dalam diri. Justru letak "sumur" kebahagiaan yang tak pernah kering, berada di dalam. Tak perlu juga mencarinya jauh-jauh, karena "sumur" itu berada di dalam semua orang.

Sayangnya karena faktor peradaban, keserakahan dan faktor lainnya, banyak orang mencari sumur itu di luar. Ada orang yang mencari bentuk kebahagiaanya dalam kehalusan kulit, jabatan, baju mahal, mobil bagus atau rumah indah. Tetapi kenyataannya setiap pencariaan di luar tersebut akan berujung pada bukan apa-apa. Karena semua itu tidak akan berlangsung lama. Misalnya kulit yang halus akan keriput karena termakan usia, mobil yang mewah akan menjadi tidak mewah karena adanya model yang baru, dan jabatan juga akan hilang karena pensiun.
"Setiap perjalanan mencari kebahagiaan dan keindahan di luar akan selalu berujung pada bukan apa-apa, leads you nowhere. Setiap kekecewaan hidup yang jauh dari keindahan dan kebahagiaan, berangkat dari disebabkan mencarinya di luar.

Untuk mencapai tingkatan kehidupan yang penuh keindahan dan kebahagiaan, seseorang harus melalui 5 (lima) buah pintu yang menuju ke tempat tersebut.

Pintu Pertama adalah stop comparing, start flowing
"Stop membandingkan dengan yang lain. Seorang ayah atau ibu belajar untuk tidak membandingkan anak dengan yang lain. Karena setiap pembandingan akan membuat anak-anak mencari kebahagiaan di luar."

Setiap penderitaan hidup manusia, setiap bentuk ketidak indahan, dimulai dari membandingkan.
Oleh sebab itu mari kita mencoba menuju sebuah titik, mengalir (flowing) menuju kehidupan yang paling indah di dunia, yaitu menjadi diri sendiri. Apa yang di sebut flowing ini sebenarnya sederhana saja. Kita akan menemukan yang terbaik dari diri kita, ketika kita mulai belajar menerimanya. Sehingga kepercayaan diri juga dapat muncul. Kepercayaan diri ini berkaitan dengan keyakinan-keyakinan yang kita bangun dari dalam. "Tidak ada kehidupan yang paling indah dengan menjadi diri sendiri. Itulah keindahan yang sebenar-benarnya !".

Pintu Kedua menuju keindahan dan kebahagiaan adalah memberi.
Sebab utama kita berada di bumi ini adalah untuk memberi. "Apabila kita masih ragu dengan kegiatan memberi ini, artinya kita harus memberi lebih banyak lagi. Ada tiga tangga emas kehidupan ini yang mesti kita lalui, yaitu:
I intend good,
I do good, and
I am good
Saya berniat baik, saya melakukan hal yang baik, kemudian saya menjadi orang baik.


Hal yang baik-baik tersebut dapat kita lakukan, apabila kita konsentrasi pada hal memberi.
Memberi tidak harus dalam bentuk materi. Pemberian dapat berbentuk senyuman, pelukan, perhatian, dan setiap manusia yang telah rajin memberi dia akan memasuki wilayah Beauty and happiness.

Kebanyakan dari orang yang tidak suka memberi, muka orang tersebut keringnya minta ampun. Rahasia kehidupan yang paling penting untuk kita lakukan adalah: "Sleep well, Eat well", artinya ongkos untuk menjadi bahagia itu tidak mahal. Hanya seringkali orang memperumit hal yang sudah rumit. Jika kita sederhanakan, sleep well, eat well, akan jadi mudah jika diikuti kegiatan memberi. Tidak perlu kuatir, setiap pemberian itu ada yang mencatat. Jika atasan atau orang lain tidak mencatat pemberian anada, masih ada "Atasan tertinggi" yang mencatatnya.

Cahaya di dalam Pintu Ketiga untuk menuju keindahan dan kebahgiaan adalah berawal dari semakin gelap kehidupan anda, semakin terang cahaya di dalam. Perhatikan bintang di malam hari akan tampak semakin terang, apabila langitnya gelap. Sedangkan lilin akan mengeluarkan cahaya yang indah, jika ruangannya gelap.

Artinya semakin kita berhadapan dengan masalah dan cobaan dalam kehidupan ini, semakin bercahaya kita dari dalam.
Jika anda punya suami yang keras dan suka marah-marah, Jangan lupa mengucapkan terima kasih pada Allah.
Jika anda punya istri yang cerewetnya minta ampun. Ucapkanlah terima kasih pada Allah, karena orang cerewet adalah guru kehidupan terbaik. Minimal dari orang cerewet kita belajar tentang kesabaran. Jika anda punya atasan yang diktatornya minta ampun, itu sengaja ada yang kirim, untuk kita belajar tentang kebijaksanaan.

Orang yang akhirnya menemukan kebahgiaan dan keindahan, bisanya telah lulus dari ujian kesulitan. semakin banyak kesulitan hidup yang kita hadapi, semakin diri kita bercahaya dari dalam. Mengutip perkataan Jamaludin Rami, semua dikirim sebagai pembimbing kehidupan dari sebuah tempat yang tak terbayangkan. "Tidak hanya orang cantik saja yang berguna, orang jelek juga berguna. Karena adanya orang jelek, orang cantik terlihat semakin cantik. Jadi semuanya ada gunanya, untuk menghidupkan cahaya-cahaya beauty and happiness."

Pintu Keempat adalah surga yang bukannya suatu tempat, tapi merupakan rangkaian sikap. "Bila anda melihat hidup penuh dengan kesusahan dan godaan, maka neraka tidak ketemu setelah mati, tapi neraka sudah anda temukan sekarang."
"Sedangkan anda akan bertemu dengan surga, jika hasil dari rangkaian sikap anda adalah benar."

Sikap ini dimulai dari berhenti mengkuatirkan segala sesuatu, dan mencoba untuk meyakinkan pada diri sendiri bahwa everything will e allright. Setiap kita beribada, berdoa, dan memjua kepada Allah, tapi setiap kali pula kita merasa takut. Padahal ketakutan adalah sebentuk ketidakyakinan kepada Allah. "Apaila kita berdoa, tetapi masih merasa takut, mending tidak usah berdoa, karena tidak yakin. Lebih baik anda yakin, hidup ini akan berjalan sempurna. Doa yang pas pasan tetapi diikuti dengan keyakinan yang besar, akan jauh lebih baik.
"Segala sesuatunya menjadi baik-baik saja, jika anda mencintai yang kecil."

Pintu Kelima menuju kebahagiaan yakni tahu diri kita dan kita tahu kehidupan.

Ada cerita tentang sekumpulan binatang yang hendak membangun sekolah, karena mereka tidak mau kalah dengan manusia. Semua binatang mengikuti kursus lari, berenang dan terbang.
Tetapi 11 tahun kemudian, binatang-binatang tersebut merasa lelah sekali.
Burung tetap hanya bisa terbang, ikan tetap hanya bisa berenang, dan serigala tetap hanya bisa berlari. Akhirnya mereka sampai pada semuah kesimpulan, bahwa mereka harus tahu diri.
Sehingga seperti hewan-hewan tersebut, manusia-manusia yang tidak tahu diri adalah manusia yang tidak pernah ketemu dengan keindahan dan kebahagiaan.

Ada sebuah kalimat bijak:
"Sumur kehidupan yang tidak pernah kering berada di dalam. Sumur ini hanya kita temukan dan kita timba airnya kalau kita bisa mengetahui diri kita sendiri. Seandainya diri sendiri telah ditemukan, maka artinya kita kemudian mengetahui kehidupan."

Kamis, Desember 30, 2010

Haruskah Berteriak

Suatu ketika seorang ayah bertanya kepada anaknya. "Mengapa ketika seseorang yang sedang dalam keadaan marah cenderung akan berbicara dengan suara keras atau berteriak?"

Anak tersebut berpikir sejenak, kemudian menjawab " karena orang tersebut telah kehilangan kesabarannya, oleh sebab itu lalu dia berteriak." Sang ayah pun bertanya kembali.."tapi kan lawan bicara orang tersebut ada disampingnya, kenapa harus berteriak?", "apakah orang tersebut tidak bisa bicara secara halus?"

Sang anak pun terdiam, bingung dia mencoba untuk menjawab pertanyaan sang ayah. Lama dia mencari jawaban yang benar menurut pertimbangan dia. Sampai akhirnya sang ayah berkata "Ketika dua orang sedang dalam situasi kemarahan, jarak antara kedua hati mereka jauh, meskipun secara fisik mereka berdekatan. Karena itu untuk mengungkapkan perasaan nya mereka harus berteriak".

Padahal semakin keras mereka berteriak, semakin membuat mereka marah, karena hati mereka semakin menjauh lebih jauh lagi. Karena itu terpaksa mereka harus berteriak lebih keras lagi.

Sebaliknya apa yang terjadi pada dua orang yang saling mencintai? Mereka tidak hanya tidak berteriak, namun ketika mereka berbicara, suara yang dikeluarkan adalah suara yang lembut dan halus, sehalus apapun mereka berbicara akan terdengar dengan jelas. Mengapa demikian yah? tanya sang anak

Sang ayah pun melanjutkan penjelasannya. "Karena hati mereka begitu dekat, sehingga mereka tidak perlu berteriak dalam berkata-kata, dan ketika hati mereka semakin dekat, hampir tanpa ada jarak antara mereka, pada akhirnya sepatah katapun tak perlu keluar dari mulut mereka. Sebuah pandangan mata pun sudah cukup membuat mereka memahami apa yang mereka ingin utarakan."

Sang ayah pun berkata kembali pada anaknya, "Oleh sebab itu nak, apabila dirimu sedang dilanda kemarahan, janganlah hatimu menciptakan jarak. Dan sebaiknya jangan mengucapkan kata-kata yang dapat membuat suatu jarak diantara kamu". Mungkin disaat seperti itu, tidak mengeluarkan kata-kata, mungkin merupakan tindakan yang bijaksana. Karena waktu akan membantumu nak.