Aku mengamati semua sahabat, dan tidak menemukan sahabat yang lebih baik daripada menjaga lidah. Saya memikirkan tentang semua pakaian, tetapi tidak menemukan pakaian yang lebih baik daripada takwa. Aku merenungkan tentang segala jenis amal baik, namun tidak mendapatkan yang lebih baik daripada memberi nasihat baik. Aku mencari segala bentuk rezki, tapi tidak menemukan rezki yang lebih baik daripada sabar. (Khalifah ‘Umar)

Telah berkata Abdullah bin Aun Al-Bashri Rahimahullah:
“Jika hawa nafsu telah menguasai hati, maka seseorang akan menganggap baik sesuatu yang buruk”

Rabu, Desember 31, 2008

KEJUJURAN DAN RASA HARU

Kisah ini sungguh terjadi pada suatu jaman yang sudah sangat lama berlalu, namun masih menjadi bahan kenangan yang kekal sampai sekarang.
Jaman itu situasi sangat kacau, negara tidak menentu, juga penjahat merajalela, hingga rakyat banyak yang hidupnya kesulitan, makanan sulit didapatkan.
Ada sebuah keluarga yang terdiri dari ibu dan anaknya yang baru belasan tahun yang bernama Chai Sun.
Suatu hari, dengan berbekal sedikit uang hasil kerjanya menjual kayu bakar, si kecil Chai Sun bermaksud membeli sesuatu untuk makan bersama ibunya dirumah, namun tidak ada seorangpun berjualan, karena situasinya memang sangat tidak menentu.
Dengan hati yang gelisah, ia pulang sambil terus khawatir akan ibunya yang mungkin sedang kelaparan.
Sampai dirumah, ia disambut ibunya dan ibunya sudah memasak sedikit sayuran liar, ia tahu pastilah ibunya juga belum makan, maka ia berpura mengatakan masih kenyang, ia tidak ingin ibunya kelaparan.
Sang ibu juga tahu bahwa anaknya pasti belum makan, maka akhirnya mereka makan bersama, masing-2 setengahnya.
Selesai makan, Chai Sun bermaksud pergi memetik buah murbei ditepi hutan sebagai persiapan makan besok, segera ibunya menyiapkan satu keranjang untuk menampung hasil buah murbei yang akan dipetik anaknya.
Tapi Chai Sun mengambil satu keranjang lagi dari dapur, lantas bergegas pergi ketepi hutan.
Sampai ditepi hutan, dilihatnya pohon murbei yang sedang berbuah, segera ia memetik buahnya dan dipisahkan dalam dua keranjang, yamg satu keranjang untuk buah yang masih kuning kehijauan, yang satu keranjang lagi untuk buah murbei yang sudah merah kebiruan.
Setelah cukup banyak, ia bermaksud pulang kerumah, namun ditengah jalan yang sepi, dua orang perampok menghadangnya, membuat dirinya gemetar ketakutan.
Perampok itu bermaksud merampas dua keranjang miliknya, namun ketika dilihatnya bahwa didalam keranjang hanya berisi buah murbei, juga dilihatnya ia hanyalah anak yang berpakaian lusuh, maka bertanyalah perampok itu : “ untuk apa buah murbei ini ?“ dan mengapa kamu pisahkan didalam dua keranjang seperti ini ? “
Chai Sun menjawab sambil gemetar : “ buah murbei ini akan aku makan bersama ibuku, keranjang ini berisi buah murbei yang sudah matang dan manis, akan aku berikan pada ibuku karena aku khawatir ibuku akan sakit perut kalau makan buah murbei yang asam, sedang yang satu keranjang ini berisi buah murbei yang belum matang, untuk aku makan sendiri karena diriku masih lebih muda dan lebih kuat dari ibuku “
Mendengar jawaban seperti ini, dua perampok itu merasa terharu dan malu pada diri sendiri, maka disuruhlah anak kecil itu pulang, bahkan disuruhnya membawa beberapa potong daging untuk dimakan bersama ibunya.

Kisah ini masih tetap dikenang sampai sekarang, karena memang sangat berharga untuk dikenang.
Bakti Chai Sun pada ibunya, telah menyelamatkan dirinya bahkan telah menggugah hati dua perampok yang akan mencelakakan dirinya.
Berbakti pada orang tua adalah moralitas tertinggi yang harus dimiliki oleh manusia, moralitas dasar yang harus dimiliki setiap insan.
Tanpa itu manusia tidak akan berarti hidupnya.
Berbakti pada orang tua adalah inti dasar dari segala moralitas manusia.

Tidak ada komentar: